tafsir ayat kematian
1.
Tafsir
ayat: jum’ah
ö@è% ¨bÎ) |NöqyJø9$# Ï%©!$# crÏÿs? çm÷ZÏB ¼çm¯RÎ*sù öNà6É)»n=ãB ( ¢OèO tbrtè? 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»yg¤±9$#ur Nä3ã¤Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÑÈ
Artinya: Katakanlah:
"Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya
kematian itu akan menemui kamu, Kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah),
yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu dia beritakan kepadamu apa yang
Telah kamu kerjakan".
Melalui ayat diatas, Allah swt memerintahkan kepada Nabi Muhammad
saw agar memperingatkan mereka bahwa: Katakanlah: Sesungguhnya maut yang
kamu berusaha lari yakni berhati- hati untuk menghindar darinya dan
yang kamu enggan mendambakan walau mengakibatkan terbukti kebohongan kebohongan
kamu, maka sesungguhnya ia akan
menemui kamu, walau kamu berada dalam benteng yang berlapis, kemudian
dengan mudah kamu dikembalikan kepada Allah Tuhan Yang Maha Mengethui yang
gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepada kamu menyangkut apa yang
telah kamu kerjakan lalu memberi balasan dan ganjaran yang sesuai dengan
amal- amal kamu itu.
Huruf ( ف)maka yang mendahului kalimat
sesungguhnya ia akan menemui kamu. Huruf itu dianggap oleh sementara Ulama
sebagai sisipan yang berfungsi menekan kepastian kematian, karena sikap orang-
orang Yahudi itu adalah bagaikan sikap orang yang tidak mempercayai keniscayaan
kematian. Sikap serupa dilakukan oleh banyak orang. Dalam konteks ini Saidina
Ali ra. Berkata” Aku tidak melihat sesuatu yang hakq lagi pasti terjadi tetapi
dianggap batil tidak bakal terjadi, seperti halnya maut”.[1]
Disisi lain, kalimat sebelumnya
yaitu “ Sesungguhnya maut yang kamu larinya” bagaikan mengandung makna
syarat, karena itu kata maka berfungsi menggambarkan akibat yang
dihasilkan syarat tersebut.
2.
Tafsir
ayat ali imran
@ä. <§øÿtR èps)ͬ!#s ÏNöqpRùQ$# 3 $yJ¯RÎ)ur cöq©ùuqè? öNà2uqã_é& tPöqt ÏpyJ»uÉ)ø9$# ( `yJsù yyÌômã Ç`tã Í$¨Y9$# @Åz÷é&ur sp¨Yyfø9$# ôs)sù y$sù 3 $tBur äo4quyÛø9$# !$u÷R$!$# wÎ) ßì»tFtB Írãäóø9$# ÇÊÑÎÈ
Artinya : Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia Telah
beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan.
Allah
swt mengabarkan kepada segenap makhluk-Nya bahwa setiap jiwa pasti merasakan
kematian. Hannya Allah swt yamg Maha
hidup dan tidak akan pernah mati. Adapun jin dan manusia, semuanya akan mati.
Demikian juga para Malaikat, termasuk para Malaikat yang pemikul ‘Arsy. Dan
hannya Rabb yang Maha Esa dan Maha perkasa yang tetap hidup selamanya. Allah-lah
yang akhir. Sebagaiman Dia pun adalah yang Awwal.[2]
Dalam ayat ini terhadap ta’ziyah bagi seluruh
umat manusia, bahwa tidak seorang yang akan tetap berada dimuka bumi melainkan
dia akan mati. Jika waktu yang telah ditetapkan telah berakhir dan keberdaan
nutfah (sperma) yang telah ditakdirkan
oleh-Nya dari sulbi Adam telah habis, serta semua makhluk-Nya telah
berakhir, maka Allah akan menjadikan hari kiamat. Kemudian Dia akan membalas
semua makhluk-Nya sesuai dengan amalanya, yang mulia maupun yang hhina, yang
kecil maupun yang besar, yang banyak maupun yang sedikit, sehhingga tidak
seorang pun yang dizhalimi-Nya, meski hannya meski sebesar biji sawi.
3.
An-
Nisaa ayat 78
$yJoY÷r& (#qçRqä3s? ãN3.Íôã ÝVöqyJø9$# öqs9ur ÷LäêZä. Îû 8lrãç/ ;oy§t±B 3 bÎ)ur öNßgö6ÅÁè? ×puZ|¡ym (#qä9qà)t ¾ÍnÉ»yd ô`ÏB ÏZÏã «!$# ( bÎ)ur öNßgö6ÅÁè? ×py¥Íhy (#qä9qà)t ¾ÍnÉ»yd ô`ÏB x8ÏZÏã 4 ö@è% @@ä. ô`ÏiB ÏZÏã «!$# ( ÉA$yJsù ÏäIwàs¯»yd ÏQöqs)ø9$# w tbrß%s3t tbqßgs)øÿt $ZVÏtn ÇÐÑÈ
Di mana saja kamu
berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang
Tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka
mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa
sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu
(Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah".
Maka Mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami
pembicaraan, sedikitpun?
Kematian adalah suatu kepastian dan tidak ada yang mampu menyelamatkan diri dari kematian, baik ia
pergi berjihad ataupun tidak.
Karena setiap orang telah memiliki ajal yang
telah ditetapkan baginya, dan setiap orang memiliki kedudukannya sendiri yang
telah dibagi-bagi. Sebagaimana perkataan Khalid bin al-Walid di saat ajalnya
datang, sementara ia berada di atas pembaringannya,”aku telah mengikuti
berbagai peperangan. Tidak ada satupun dari anggota tubuhku, kecuali disana
terdapat luka tusukan, atau karena anak panah. Tetapi kini aku akan mati diatas
pembaringaku. Maka mata para pengecut tidak akan pernah tidur”.[3]
4. Al-Waqi’ah ayat
Läê÷uätsùr& $¨B tbqãZôJè? ÇÎÑÈ
Artinya: Maka
Terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan.
Maka apakah kamu melihat dengan mata kepala atau hati,
keadaan yang sungguh menakjubkan. Terangkanlah kepadaku tentang sperma yang
kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, menetapkan kadarnya, menentukan
tetesan mana yang membuahi indung telur pasangan kamu dan mengantarkannya ke
dinding rahim, lalu berpindah dari fase yang satu ke fase yang lainnya hingga
lahir manusia utuh? Apakah kamu yang melakukan itu atau kamukah para
penciptanya? Ya, Kami sendiri Penciptanya, dan disamping itu kami juga telah
menentukan kematian diantara kamu smua secara bergilir pada wakytu dan tempat
tertentu. Itu pasti terjadi pada waktu yang Kami tetapkan, tidak berlebih dan
tidak berkurang karena Kami menyediakan balasan dan ganjaran sesuai amal-amal kamu
ketika hidup didunia dan sekali-kali kami tidak dapat dikalahkan oleh siapapun
untuk menggatikan kamu dengan orang-orang sepeti kamu dalam kehidupan dunia dan
tidak ada juga satu kuasapun yang menghalangi Kami mencitakan kamu kembali setelah kematian kamu,
guna bangkit diakhirat dalam keadaan yang yidak kamu ketahui, dan sesungguhnya
kamu telah mengetahui kuasa kami dalam menciptakan yang pertama yakni sebelum
wujud kamu dipentas bumi ini, bahkan kamu mempercayainya. Maka mengapakah kamu tidak secara bersungguh-sungguh mengambil
pelajaran walau sedikit untuk meyakini kuasa Kami dalam penciptaan yang kedua
pada hari kiamat nanti?.
Kata (ا لخا لقو ن ) al-khaliqun adalah
bentuk jamak dari ( ا لخا لق
) al-khaliq / pencipta. Penggunaan bentuk jamak itu dapat anda pahami sebagai
bentuk pengagungan dari guna menunjukkebesaran dan kekuasaan Allah, sekaligus
mengisyaratkan bahwa memang ada keterlibatan selain Allah dalam proses
reproduksi manusia. Namun harus diingat bahwa itu adalah berkat anugrah Allah
kepada manusia dan ia sama sekali tidak ada artinya dibandingkan dengan kuasa
serta peranan Allah swt.
Kata masbuqin
terambil dari kata sabaq yakni mendahului yang lain. Siapa yang
mendahului dinamai sabiq dan yang didahuli dinamai masbuq.
Selanjutnya karena didahului yang lain dalam satu musabaqah bearti
dikalahkan, maka masbuq pun diartikan dikalahkan.
ß`øtwU $tRö£s% â/ä3uZ÷t/ |NöqyJø9$# $tBur ß`øtwU tûüÏ%qç7ó¡yJÎ/ ÇÏÉÈ
Artinya: Kami Telah
menentukan kematian di antara kamu dan kami sekali-sekali tidak akan dapat
dikalahkan,
Ayat
60 di atas dipahami oleh Thabathaba’isebagai uraian tentang kekuasaan Allah
mengatur segala urusan ciptaan-Nya. Ayat ini menjelaskan bahwa wujud manusia
yang terbatas sejak awal kejadiannya hingga akhir saat kehidupannya di dunia
dengan segala hal yang berkaitan dengannya, semuanya ditakdirkan dan diatur
oleh Allah, Penciptanya. Kematian manusia serupa dengan kehidupannya, adalah
atas dasar pengaturan Allah. Bukannya kematian itu disebabkan oleh kuasa Allah
terbatas sehingga Dia tidak menciptakan manusia yang tidak disentuh kematian,
atau kematian itu disebabkan adanya
sebab dan faktor-faktir diluar kuasa Allah, sehingga kehidupan yang
dianugerahkan-nya kepada manusia menjadi binasa.[4]
Kalaua demikian, tentulah kuasa-Nya
tidak sempurna dan ada faktor yang mengalahkan-Nya atau menghalangi
kehendak-Nya. Ini adalah suatu yang mustahil. Akan tetepi ayat di atas
menegaskan bahwa kematian ditetapkan oleh Allah atas kehendak-nya bukan karena
ada yang mengalahkan-Nya. Kematian ditetapkan antara manusia secara bergiliran
atau bersama-sama adalah karena kehendak dan ketetapan sang Pencipta itu.
KESIMPLAN
Allah
swt mengabarkan kepada segenap makhluk-Nya bahwa setiap jiwa pasti merasakan
kematian. Hannya Allah swt yang
Maha hidup dan tidak akan pernah mati. Adapun jin dan manusia, semuanya akan
mati. Demikian juga para Malaikat, termasuk para Malaikat yang pemikul ‘Ars. Kematian
manusia serupa dengan kehidupannya, adalah atas dasar pengaturan Allah.
Bukannya kematian itu disebabkan oleh kuasa Allah terbatas sehingga Dia tidak
menciptakan manusia yang tidak disentuh kematian, atau kematian itu disebabkan adanya sebab dan faktor-faktor
diluar kuasa Allah, sehingga kehidupan yang dianugerahkan-nya kepada manusia
menjadi binasa.
Tidak ada
seorang pun makhluk, yang tetap berada dimuka bumi melainkan dia
akan mati. Jika waktu yang telah ditetapkan telah berakhir dan keberdaan nutfah
(sperma) yang telah ditakdirkan oleh-Nya dari sulbi Adam telah habis, serta
semua makhluk-Nya telah berakhir, maka Allah akan menjadikan hari kiamat.
Kemudian
Allah swt akan membalas semua makhluk-Nya sesuai dengan amalannya,
yang mulia maupun yang hina, yang kecil maupun yang besar, yang banyak maupun
yang sedikit, sehhingga tidak seorang pun yang dizhalimi-Nya, meski hannya
meski sebesar biji sawi.
0 comments:
Post a Comment