Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah tak ubahnya kacamata masa lalu yang
menjadi pijakan dan langkah setiap insan di masa mendatang. Seperti yang kita
ketahui setelah tumbangnya kepemimpinan masa khulafaurrasyidin maka berganti
pula sistem pemerintahan Islam pada masa itu menjadi masa Dinasti, dan dalam
makalah ini akan disajikan sedikit tentang masa Dinasti Abbasiyah.
“... masa Dinasti Abbasiyah
adalah masa keemasan Islam, dalam masa itu berkembanglah dengan maraknya
berbagai cabang ilmu pengetahuan, dan disalin pula ke dalam bahasa Arab
bermacam ilmu pengetahuan dari bahasa lain...”
Kemajuan kebudayaan islam pada masa Dinasti Abbasiyah sering dianggap sebagai sebuah
nostalgia bagi umat Islam, yang tidak akan terwujud di zaman sekarang. Sejarah
mencatat bahwa pada masa Dinasti Abbasiyah
tersebut merupakan puncak keemasan atau kejayaan umat Islam. Pada masa
inilah lahir berbagai ilmu pengetahuan, agama, budaya serta beragam
penerjemahan-penerjemahan ke dalam bahasa lain.
B.
Rumusan Masalah
1.
Sejarah berdirinya Dinasti
Abbasiyah
2.
Kemajuan- kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kesenian serta faktor- faktor yang
mempengaruhi kemajuan tersebut
3.
Munculnya Dinasti-Dinasti
kecil dan runtuhnya Dinasti Abbasiyah
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui
sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah
2.
Mengetahui
kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian serta mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi pada masa tersebut
3.
Mengetahui munculnya Dinasti-Dinasti
kecil dan runtuhnya Dinasti Abbasiyah
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan tumbangnya Dinasti Bani
Dinasti umayyah maka keberadaan Dinasti Bani Abbasiyah mendapatkan tempat penerangan
dalam masa kekhalifahan Islam saat itu, dimana Dinasti Abbasiyah in sebelumnya
telah menyusun dan menata kekuatan yang begitu rapi dan terencana. Dan dalam
makalah ini akan diurakan sesikit menganai berdirinya masa kekhalifahan
Abbasiyah, masa kejayaan dan prestasi apa saja yang pernah diraih serta apa
saja penyebab runtuhnya Dinasti Abbasiyah.
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Pada tahun 132 H diproklamasikanlah berdirinya Dinasti Abbasiyah di bawah
pimpinan Dinasti Abu Abbas As-Saffah.
Berdasarkan pola pemerintahan, para sejarawan biasanya membagi masa
pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi tiga periode.[1]yaitu:
1.
Periode
pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M). Kekuasaan pada periode ini berada di
tangan para khalifah.
2.
Periode
kedua (232 H/847 M – 590 H/1194 M). Pada periode ini kekuasaan hilang dari
tangan para khalifah berpindah kepada kaum Turki (232-234 H), golongan Bani
Buwaih (334-447 H), dan golongan Bani Saljuq (447-590 H).
3.
Periode
ketiga (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), pada periode ini kekuasaan berada kembali
di tangan para khalifah, tetapi hanya di Baghdad dan kawasan-kawasan sekitarnya
Pada
periode pertama, pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya. Secara
politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat
kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain kemakmuran masyarakat
mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi
perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun, setelah periode
ini berakhir, pemerintahan Bani Abbasiyah mulai menurun dalam bidang politik
meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan berkembang.
Para khalifah Abbasiyah ada dua
puluh sembilan orang, tetapi hanya sembilan orang yang populer memegang jabatan
khalifah. Sedangkan yang dua puluhnya lagi berada dalam masa kemunduran.
Identitas dan aktivitas para pemimpin Dinasti Abbasiyah yang terkenal adalah
sebagai berikut:
a.
Abu Abbas As-Saffah (
132-136 H )
b.
Abu Ja'far Al-Mansur (
136-158 H )
c.
Abu Muhammad Al Mahdi Bin Al Mansur(158-169 H )
d.
Abu Musa Al-Hadi ( 169-170
H )
e.
Abu Ja’far Harun Ar-Rasyid
( 170-193 H )
f.
Abu Musa Muhammad Al Amin ( 193-198 H )
g.
Abu Ja’far Abdullah Al-Ma’mun
( 198-218 H )
h. Abu
Ishak Muhammad Al-Mu'tashim ( 218-227 H )
1.
Pemerintahan Abu Abbas As saffah
Khalifah abbasiyah yang pertama adalah Abu Abbas.Dilahirkan di hamimah pada
tahun 104 H.Ibunya ialah Rabtah binti Udbaidullah al –Haritsi.Dilantik menjadi
khalifah pada 3 Rabiul awal 132 H.[3]dialah
yang diberi kepercayaan kepada pamannya Abdullah dalam perang melawan Marwan II,
khalifah terakhir Bani Dinasti umayyah. Hingga akhir khalifah Abbas memberi
kepercayaan kepada Salih Bin Ali untuk membunuhMarwan, yang kemudian kepala
marwan dikirim ke khalifah Abbas.
Saffah kemudian
dipindah ke Anbar, dia menggunakan sebagian besar dari masa pemerintahannya
untuk memeragi pemimpin-pemimpin arab yang membantu Dinasti
Dinasti umayyah.
Dia mengusir
mereka kecuali Abdurrahman yang tidak berapa lama kemudian mendirikan Dinasti
Dinasti umayyah di Spayol.Saffah juga memutuskan untuk menghabisi nyawa
beberapa orang pembantu bani Dinasti umayyah. Ia membunuh Abu Salama, dikenal
sebagai menteri (Wadi’) dari keluarga Nabi Muhammad, seperti halnya dia
membunuh Abu Hubayra, salah satu dari
pemimpin bani Dinasti umayyah zaman Marwan II setelah memberi kebebasan
kepadanya.
Kekhalifahan
Saffah bertahan selama 4 tahun sembilan bulan. Dia
wafat pada tahun 136 H di Anbar, satu kota yang telah dijadikan sebagai tempat kedudukan pemerintahannya.
2.
Pemerintahan Abu Ja’far Al Mansur
Al-Mansur dilahirkan pada tahun 101 H di kota Hamimah.Ibunya ialah bekas seorang
hamba yang bernama Salamah.[4]Mansur
dianggap sebagai pendiri kedua dari Dinasti Abbasiyah. Di masa pemerintahannya
Baghdad dibagun menjadi ibukota DinastiAbbasiyah dan merupakan pusat
perdagangan serta kebudayaan. Hingga Baghdad dianggap sebagai kota terpenting
di dunia pada saat itu yang kaya akan ilmu pengetahuan dan kesenian. Hingga
beberapa dekade kemudian Dinasti Abbasiyah mencapai masa kejayaan.Tugas yang
dilakukan adalah berusaha membinasakan setiap orang yang dianggap berbahaya
untuk melengserkan kedudukannya.Dia juga membunuh pamannya yang ingin menentang
kekuasaanya.Kegiatan luar negeri yang dilakukan adalah menaklukan wilayah
Afrika Utara yang dihuni oleh bangsa Bar-Bar.
Pada tahun158 H, al-Mansur berangkat untuk menunaikan fardhu haji.Tetapi
ditengah perjalanan beliau diserang penyakit dengan tiba-tiba.Beliau pun wafat
sebelum sampai ke kota Mekkah.Pada tangga l6 Zulhijjah.[5]
3.
Pemerintahan Abu Muhammad Al Mahdi Bin Al Mansur
Dia menjadi khalifah selama sepuluh tahun.Semasa ia memimpin situasi
pemerintahannya sudah stabil.Maka di masa ini terjadi masa peralihan dari masa
pemberontakan ke masa perdamaian.Aktivitasnya membangun dan politik yang
dilakukan adalah sebagai berikut.
Dalam negeri:
- Membangun tempat air sepanjang jalan
kota Mekah.
- Memperbaiki dan memperluas Masjid
AL-HARAM.
- Melancarkan jawatan pos antara
Mekkah, Madinah, dan Yaman.
Luar negeri:
Untuk memperluas daerahnya,Al-Mahdi menaklukkan India sehingga agama Islam
dapat dikembangkan ke India.Dia juga memperluas daerah kekuasaanya ke Andalusia
dan Rumania.
4.
Pemerintahan Abu Musa Al Hadi
Dia menjabat sebagai khalifah selama satu tahun. Namun beliau bisa sukses
dalam masa yang sesingkat itu.Aktivitas selama menjadi khalifah, ia berusaha
menumpas kaum syiah dan khawarij. Karena mereka selalu memberontak. Beliau
meninggal tahun 170 H.
5.
Pemerintahan Abu Ja’far Harun Arrasyid
Dalam masa kepemimpinannya beliau membawa nama baik bagi Dinasti Abbasiyah.
Beliau bijaksana dalam memimpin, taat agama, darmawan, dan sangat menghargai
para ulama.
Aktivitas politik selama dia memimpin adalah sebagai berikut:
Dalam negeri:
§ Melancarkan transportasi daerah yang satu dengan yang lain serta memperbaiki
jawatan pos.
§ Mengatur organisasi pemerintahan.
§ Mendirikan bendaharawan negara untuk mengatur keuangan agar tidak ada
korupsi.
§ Mengatur angkatan bersenjata.
§ Memperindah kota.
§ Mendirikan rumah sakit, rumah yatim piatu, sekolah, dan perpustakaan umum.
Luar Negeri:
-
Mengadakan pertukaran
duta-duta dengan kerajaan lain.
-
Mengabulkan permintaan
Raja Karel agar umat kristen yang pergi ziarah dijamin keselamatannya.
-
Menumpas pemberontakan.
-
Membangun istana dan
masjid.
6.
Pemerintahan Abu Musa Muhammad Al Amin
Beliau adalah putra mahkota Khalifah Ar-Rasyid.Ia mengangkat Al-Amin
menjadi Khalifah karena Al-Amin adalah putranya yang pertama.Aktivitasnya dalam
pemerintahan adalah mempertahankan kedudukannya, menumpas pemberontakan, dan
menstabilkan krisis politik dalam negeri.
B. Masa-masa Keemasan Dinasti
Abbasiyah
Pada
masa al-Mahdi, perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor
pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak,
emas, tembaga dan besi.
Popularitas
Dinasti Abbasiyah mencapai puncaknya pada zaman khalifah Harun al-Rasyid dan
putranya al-Makmun. Ketika mendirikan sebuah akademi pertama di lengkapi pula
dengan lembaga untuk penerjemahan. Adapun kemajuan yang dapat dicapai adalah
sebagai berikut:
1.
Lembaga
dan kegiatan ilmu pengetahuan
Sebelum
Dinasti Abbasiyah, pusat kegiatan dunia Islam selalu bermuara pada masjid.
Masjid dijadikan center of education. Pada Dinasti Abbasiyah inilah
mulai adanya pengembangan keilmuan dan teknologi diarahkan ke dalam ma’had. Lembaga
ini kita kenal ada dua tingkatan, yaitu :
-
Maktab/kuttab
dan masjid yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak remaja belajar
dasar-dasar bacaan, menghitung dan menulis serta anak remaja belajar
dasar-dasar ilmu agama.
-
Tingkat
pendalaman, para pelajar yang ingin memperdalam Islam pergi ke luar daerah atau
ke masjid-masjid, bahkan ke rumah gurunya. Pada tahap berikutnya, mulailah
dibuka madrasah-madrasah yang dipelopori Nizhamul Muluk yang memerintah pada
tahun 456-485 H. Lembaga inilah yang kemudian berkembang pada masa Dinasti
Abbasiyah.
2. Corak gerakan keilmuan
Gerakan
keilmuan pada Dinasti Abbasiyah lebih bersifat spesifik, kajian keilmuan yang
kemanfaatannya bersifat keduniaan bertumpu pada ilmu kedokteran, di samping
kajian yang bersifat pada al-Qur’an dan al-Hadits, sedang astronomi, mantiq dan
sastra baru dikembangkan dengan penerjemahan dari Yunani.
3. Kemajuan
dalam bidang agama
Pada
masa Dinasti Abbasiyah, ilmu dan metode tafsir mulai berkembang, terutama dua
metode, yaitu tafsir bil al-ma’tsur (interpretasi tradisional dengan
mengambil interpretasi dari nabi dan para sahabat), dan tafsir bil al-ra’yi
(metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan pikiran
daripada hadits dan pendapat sahabat).
Dalam
bidang hadits, pada zamannya hanya bersifat penyempurnaan, pembukuan dari
catatan dan hafalan dari para sahabat. Pada zaman ini juga mulai
diklasifikasikan secara sistematis dan kronologis.
Dalam
bidang fiqh, pada masa ini lahir fuqaha legendaris, seperti Imam Hanifah
(700-767 M), Imam Malik (713-795 M), Imam Syafi’i (767-820 M) dan Imam Ahmad
ibn Hambal (780-855 M).
Ilmu
lughah tumbuh berkembang dengan pesat pula karena bahasa Arab yang semakin
dewasa memerlukan suatu ilmu bahasa yang menyeluruh.
4.
Ilmu
pengetahuan sains dan teknologi
Kemajuan tersebut antara lain:
a.
Astronomi,
ilmu ini melalui karya India Sindhind, kemudian diterjemahkan Muhammad ibn
Ibrahim al-Farazi (77 M). Di samping itu, masih ada ilmuwan Islam lainnya,
seperti Ali ibn Isa al-Asturlabi, al-Farghani, al-Battani, Umar al-Khayyam dan
al-Tusi.
b. Kedokteran, dokter pertama yang terkenal adalah Ali
ibn Rabban al-Tabari. Tokoh lainnya al-Razi, al-Farabi dan Ibnu Sina.
c.
Kimia,
tokohnya adalah Jabir ibn Hayyan (721-815 M). Tokoh lainnya al-Razi, al-Tuqrai
yang hidup di abad ke-12 M.
d.
Sejarah
dan geografi, tokohnya Ahmad ibn al-Yakubi, Abu Ja’far Muhammad bin Ja’far bin
Jarir al-Tabari. Kemudian ahli ilmu bumi yang terkenal adalah Ibnu Khurdazabah
(820-913 M).
5.
Perkembangan
politik, ekonomi dan administrasi
Pada
masa pemerintahan Bani Abbasiyah periode I, kebijakan-kebijakan politik yang
dikembangkan antara lain:
a.
Memindahkan
ibu kota negara dari Damaskus ke Baghdad
b.
Memusnahkan
keturunan Bani Dinasti umayyah
c.
Merangkul
orang-orang Persia, dalam rangka politik memperkuat diri, Abbasiyah memberi
peluang dan kesempatan besar kepada kaum Mawali.
d.
Menumpas
pemnberontakan-pemberontakan
e.
Menghapus
politik kasta
f.
Para
khalifah tetap dari keturunan Arab, sedang para menteri, panglima, gubernur dan
para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan Mawali.
g.
Ilmu
pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia
h.
Kebebasan
berfikir sebagai HAM diakui sepenuhnya.
i.
Para
menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya dalam
pemerintah
Selain
kemajuan di atas, pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah, pertumbuhan ekonomi
dapat dikatakan maju dan menunjukkan angka vertikal. Devisa negara penuh dan
melimpah ruah. Khalifah al-Mansur merupakan tokoh ekonomi Abbasiyah yang mampu
meletakkan dasar-dasar yang kuat dalam ekonomi dan keuangan negara. Di sektor
perdaganganpun merupakan yang terbesar di dunia saat itu dan Baghdad sebagai
kota pusat perdaganga.
6.
Kesenian
Di antara khalifah Bani Abbasiyah yang mencintai kesenian adalah Harun
ar-Rasyid. Beliau menyukai syair-syair. Di antara penyair di masa ini yang
terkenal adalah Abu Nawas, yang pada dasarnya seorang ahli hikmah.
Khalifah –khalifah Bani Abbasiyah
juga menyukai seni arsitektur. Dengan kemenangan demi kemenangan yang dicapai
khalifah sebelum ar-Rasyid dan al-Makmun , sehingga makmurlah Negara serta
stabilitas politik yang stabil. Khalifah Harun dan para pembesar Negara
menimati kemewahan itu dengan hidup di istana-istana yang indah, seperti
istana al-Khuld yang diambil dari nama Jamalul Khuld yang
diterangkan dalam al-Quran[6].
Istana as-Salam yang diambil dari ayat-ayat al-Qur’an[7],
yakni Darussalam.
Dengan nama-nama itu mereka ingin mewujudkan surga di bumi ini.
Memang demikianlah sifat penguasa jika kekayaan Negara melimpah dan stabilitas
politik aman, hasrat untuk hidup bersenang-senang akan timbul dengan
sendirinya. Hal ini kadangkala membuat penguasa melupakan memperkuat sistem
meliternya.
C. Faktor-faktor Pendukung Masa Keemasan
Ada
beberapa faktor yang turut mempengaruhi masa keemasan Bani Abbasiyah, khususnya
dalam bidang bahasa,adalah:
1.
Terjadinya
asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu
mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Asimilasi berlangsung
secara efektif dan bernilai guna. Bangsa itu memberi saham-saham tertentu dalam
perkembangan ilmu pengetahuan.
2.
Gerakan
terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase.
a.
Fase
pertama, pada masa khalifah al-Mansur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini
yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantiq
b.
Fase
kedua, berlangsung mulai khalifah al-Ma’mun hingga tahun 300 H.
c.
Fase
ketiga, berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan
kertas. Bidang-bidang yang diterjemahkan semakin luas.
Dengan
gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan
umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Akan tetapi, secara garis besar ada
dua faktor penyebab tumbuh dan kejayaan Bani Abbasiyahyaitu:
1.
Faktor
internal: faktor yang berasal dari dalam ajaran Islam yang mampu memberikan
motivasi bagi para pemeluk untuk mengembangkan peradabannya.
2.
Faktor
eksternal, ada 4 pengaruh, yaitu:
a.
Semangat
Islam
b.
Perkembangan
organisasi negara
c.
Perkembangan
ilmu pengetahuan
d.
Perluasan
daerah Islam.
Adapun
penyebab keberhasilan kaum penganjur berdirinya khilafah Bani Abbasiyah adalah
karena mereka berhasil menyadarkan kaum muslimin pada umumnya, bahwa Bani Abbas
adalah keluarga yang dekat kepada Nabi dan bahwasanya mereka akan mengamalkan
al-Qur’an dan Sunnah Rasul serta menegakkan syariat Islam.
D. Lahirnya tokoh-tokoh Intelektual Muslim
Pada
masa Dinasti Abbasiyah, telah banyak tokoh-tokoh intelektual muslim yang
berhasil menemukan berbagai bidang ilmu pengetahuan, antara lain yaitu :
1. Filsafat
Setelah
kitab-kitab filsafat Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, kaum muslimin
sibuk mempelajari ilmu filsafat, sehingga lahir filosof dunia yang terkenal,
yaitu :
a.
Abu
Ishak al-kindy (karyanya lebih dari 231 judul)
b.
Abu
Nashr al-Faraby (karyanya sebanyak 12 buah)
c.
Ibnu
Sina (karyanya al-Qanun fil al-Thib)
d.
Ibnu
Bajah
e.
Ibnu
Thufail
f.
Al-Ghazali
(terkenal dengan karyanya Ihya’ Ulumuddin)
g.
Ibn
Rusyd (terkenal dengan Averoes di wilayah barat)
2. Kedokteran
a.
Dinasti
Abbasiyah telah melahirkan banyak dokter kenamaan, yaitu:
b.
Abu
Zakaria Yuhana ibn Masawih
c.
Sabur
ibn Sahal
d.
Abu
Zakaria al-Razi (tokoh pertama yang membedakan cacar dengan measles)
e.
Ibnu
Sina
3. Matematika
Di
antara ahli matematika Islam terkenal adalah beliau pengarang kitab Al-Gebra
(al-Jabar), ahli matematika yang berhasil menemukan angka nol (0).
4. Farmasi dan Kimia
Di
masa para ahli farmasi dan kimia pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah
adalah Ibnu Baithar (karyanya yang terkenal adalah al-Mughni).
5. Perbintangan
Tokoh ilmu perbintangan antara lain:
a. Abu Mansur al-Falaky
b. Jabir al-Batany (pencipta teropong
bintang)
c. Raihan al-Bairleny
d. Abu Ali al-Hasan ibn al-Hitami
(terkenal dengan al-Hazen dalam bidang optik).
6. Tafsir dan Hadits
Ilmu
tafsir yang berkembang pesat adalah tafsir al-Ma’tsur dan al-Ra’yi di antara
tokoh-tokohnya adalah :
a. Ibnu Jarir al-Thabari (ahli tafsir al-Ma’tsur)
b. Ibnu Athiyah al-Andalusy (ahli tafsir
al-Ma’tsur)
c. Abu Bakar Asam (ahli tafsir al-Ra’yi)
d. Abu Muslim Muhammad (ahli tafsir al-Ra’yi)
Sedangkan
tokoh ilmu hadits yang terkenal antara lain :
a.
Imam
Bukhari
b.
Imam
Muslim
c.
At
turmizi
d.
Ibnu
Majah
e.
Abu
Dawud
f.
Al-Nasa’i
7.
Kalam dan Bahasa
Perdebatan
para ahli mengenai dosa, pahala, surga, dan neraka serta pembicaraan mereka
mengenai ilmu ketuhanan atau tauhid menghasilkan ilmu, yaitu ilmu tauhid dan
ilmu kalam. Para pelopornya adalah Jaham ibnu Shafwan, Wasil bin Atha’.
Sedangkan
ilmu bahasa yang berkembang pada waktu itu adalah nahwu, bayan, badi’ dan
arudl. Di antara ilmuwan bahasa yang terkenal, adalah:
a. Imam Sibawih (karyanya terdiri dari 2 jilid
setebal 1.000 halaman)
b. Al-Kasai
c. Abu Zakaria al-Farra (kitab nahwunya terdiri
dari 6.000 halaman)
D. Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil yang Memerdekakan Diri
Wilayah
kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama hingga masa keruntuhan sangat luas, meliputi
berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak,
Persia, Turki dan India. Walaupun dalam kenyataannya banyak daerah yang
tidak dikuasai oleh khalifah. Secara rill daerah-daerah itu berada di bawah
kekuasaaan gubernur-gubernurbersangkutan. Hubungan dengan khalifah hanya ditandai dengan
pembayaran upeti.
Ada kemungkinan penguasa Bani
Abbas sudah cukup puas dengan pengakuan nominal, dengan pembayaran upeti. Alasannya, karna
khalifah tidak cukup kuat untuk membuat mereka tunduk, tingkat saling
percaya di kalangan penguasa
dan pelaksana pemerintahan sangat rendah dan juga para penguasa Abbasiyah lebih menitik beratkan
pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada
politik dan ekspansi. Selain itu, penyebab utama mengapa banyak
daerah yang memerdekakan diri adalah terjadinya kekacauan atau perebutan kekuasaan
di pemerintahan pusat yang dilakukan oleh bangsa Persia dan Turki.
Akibatnya propinsi-propinsi
tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas. Ini
bisa terjadi dengan dua cara,pertama, seorang pemimpin
lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan
penuh, seperti Dinasti Dinasti umayyah di Spanyol dan Idrisiyah di Marokko. Kedua, seorang
yang ditunjuk menjadi gubernur oleh khalifah yang kedudukannya semakin kuat,
seperti Dinasti Aghlabiyah di Tunisiyah dan Thahiriyyah di Khurasan.
Dinasti yang
lahir dan memisahkan diri dari kekhalifahan Baghdad pada masa Khilafah Abbasiyah, di antaranya
adalah:
1.
Yang berkembasaan Persia: Thahiriyyah di Khurasan
(205-259 H),Shafariyah di Fars (254-290 H), Samaniyah di Transoxania (261-389 H),Sajiyyah di
Azerbaijan (266-318 H), Buwaihiyyah, bahkan menguasai Baghdad (320-447).
2.
Yang berbangsa. Turki: Thuluniyah di Mesir (254-292 H), Ikhsyidiyah di Turkistan
(320-560 H), Ghaznawiyah di Afganistan (352-585 H), Dinasti Saljuq dan cabang-cabangnya.
3.
Yang berbangsa Kurdi: al-Barzukani (348-406 H), Abu Ali (380-489 H), Ayubiyah (564-648 H).
4.
Yang berbangsa Arab: Idrisiyyah di Marokko (172-375 H), Aghlabiyyah di Tunisia
(180-289 H), Dulafiyah di Kurdistan (210-285 H), Alawiyah di Tabaristan (250-316 H), Hamdaniyah di
Aleppo dan Maushil (317-394 H), Mazyadiyyah
di Hillah (403-545 H), Ukailiyyah di Maushil (386-489 H), Mirdasiyyah di Aleppo 414-472 H).
a.
Dinasti Saljuq
Dinasti Saljuq
dirintis oleh Saljuq ibn Tuqaq, yang kemudian diproklamirkanpada masa Thugrul
Bek yang mendapat legalitas dari khalifah al-Qaim. Dinasti Saljuq merupakan Dinasti
yang berkuasa pada masa kekhalifahan Dinasti BaniAbbasiyah.
Dinasti Saljuq
terbagi kepada 5 cabang yaitu, Saljuq Agung (Raya), SaljuqKirman, Saljuq Syria, Saljuq Irak
dan Saljuq Rum atau Asia Kecil. Dinasti Saljuq memberikan kontribusi yang besar terhadap peradaban Islam, kemajuan yang
dicapai pada era ini menjadikan dunia Islam sebagai pusat ilmu
pengetahuan dan peradaban, kemajuan tersebut meliputi kemajuan dalam bidang
ilmu pengetahuan,kemajuan dalam bidang sosial politik dan kemajuan di bidang
seni dan arsitektur. Dinasti Saljuq mengalami kemunduran yang membawa
kepada kehancuran disebabkan oleh faktor internal, terjadi perebutan
kekuasaan antara anggota keluarga.
Ini merupakan benih perpecahan yang ditanam sendiri dengan membagi wilayah kekuasaan menjadi beberapa
bagian. Disamping itu faktor ekstemal juga mempunyai
andil yang signifikan dalam hal ini yaitu terjadinya penyerangan yang dilakukan oleh tentara Romawi.
Kehancuran Dinasti Saljuq /Bani Saljuq
merupakan tonggak kehancuran Dinasti Abbasiyah
secara nyata, walaupun 400 tahun sebelum itu benih-benih kemunduran Dinasti
Abbasiyah ini sudah terlihat Ada beberapa faktor yang melatar belakangi
kehancuran Dinasti Abbasiyah yaitu faktor internal seperti perebutan kekuasaan, munculnya Dinasti-Dinasti
kecil yang memerdekakan diri, kemerosotan dalam bidang ekonomi serta munculnya
aliran-aliran sesat dan fanatisme keagamaan. Di samping faktor intemal
tersebut, faktor eksternal juga tidak kalah penting dalam mewujudkan
kehancuran Dinasti Abbasiyah seperti perang salib dan serangan dari tentara mongol yang
meluluhlantakkan Baghdad. Dengan jatuhnya Baghdad ke tangan tentara mongol
maka kondisi tersebut dianggap
sebagai akhir kekuasaan Dinasti Abbasiyah.
b.
Dinasti Fatimiyah
Dinasti
Fatimiyah juga disebut dengan Dinasti Ubaidillah, dengan pendirinya yaitu
Ubaidillah al-Mahdi yang datang dari Syria ke Afrika Utara. Dinasti ini
beraliran Syi’ah Islami’ilah, pusat pemerintahannya di Cairo. Dinasti ini
mengalami kejayaannya pada masa khalifah Abu Mansur Nizar Al-Aziz (975 M – 996
M). Dan pada masa itulah, dengan prestasi gemilangnya dalam bidang
pemerintahan, ekonomi sosial, di bidang ilmu dan perkembangan intelektual
islam, syiah Ismailiyah sebagai doktrin teologi dan madzhab tata Negara Negara
Fatimiyah mengalami masa keemasan. Tradisi yang terbangun dalam Dinasti
Fatimiyah ini, doktrin Syi’ah begitu kental. Mereka mengadakan hari-hari
perayaan, termasuk hari perayaan kaum syi’ah seperti Maulud Nabi, hari jadi
sayyidina Hassan dan Husein serta hari jadi Siti Fatimah. Pada malam hari perayaan ini semua masjid dinyalakan lampu dan
tilawah turut diadakan di masjid-massjid.
Dinasti
Fatimiyah dengan segala prestasi dan kemundduranya dalam tinta sejarah
peradaban dunia Islam telah menjadi perjalanan dinamika umat Islam di Mesir. Dalam
rentang beberapa periode Dinasti ini telah mengukirkan nama harumnya bagi
kemajuan dan kebesaran serta kejayaan Islam.
c. Dinasti
Buwaih
Pertama
kali munculnya Bani Buwahi ini berasal dari daerah yang bernama Daelam atau
Jilan yang bertempat di sebelah barat laut Kaspia. Saat itu ada pertikaian
antara Rabarestan dan Tahiriyah dari Khurasan. Dari golongan Rabarestan telah
meminta Hasan bin Ali dari bani umayah untuk membantunya. Tawaran itu di terima
dan akhirnya peperangan antara kedua lascar tersebut dimenangkan oleh
Rabarestan dan kemenagan inilah yang membuat Hasan untuk di jadikan sebagai
penyebaran Islam
Masa
keemasa Daulah Buwaihi adalah pada masa Addud putra dari Rukn. Addud selain
menjadi penguasa juga orang yang cerdas, dia berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan
kecil dan menikahi putra kholifah Al-Tho’I agar mempunyai keturunan yang
melanjutkan kekuasaanya. Adud juga berhasil membuat Banyak sekali pertempuran
antara saudara sehingga membuat menjadi lemah.
Akhir-akhir
dari kekuasaan ini penguasa-penguasanya tidak cakap. Apalagi banyak pertikaian
antara Sunni dan Syi’ah. Saat itu tentara turki yang ada di Bagdad terus
membuat pertikaian . ketika Jalal meninggal dunia Abu-Kalijar mewarisi
kekuasaan ayahnya. Mualai saat itulah muncul golongan Saljuk dan pada tahun
1055 raja Saljuk mengirim utusanya untuk menyerang Bagdad dan mengakhiri
pemerintahan bani Buwaihi. Raja terkhir dari Abasiyah saat itu adalah Al-Qaim.
E. Runtuhnya Dinasti Abbasiyah
Sebab –sebab keruntuhan Dinasti Abbasyiah :
A.
Keruntuhan dari segi internal ( dari dalam )
-
Mayoritas
khalifah Abbasyiah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadi dan
melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara.
-
Luasnya wilayah
kekuasaan kerajaan Abbasyiah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit
dilakukuan.
-
Semakin kuatnya
pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok Arab dan Persia menaruh
kecemburuan atas posisi mereka.
-
Dengan
profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada mereka
sangat tinggi.
-
Permusuhan
antar kelompok suku dan kelompok agama.
-
Merajalelanya
korupsi dikalangan pejabat kerajaan.
-
Fanatisme pada golongan
dan suku.
B.
Keruntuhan dari segi eksternal (dari luar )
-
Perang Salib
yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban.
-
Penyerbuan
Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang menghancrkan Baghdad. Jatuhnya
Baghdad oleh Hukagu Khan menanndai berakhirnya kerajaan Abbasyiah dan muncul:
Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di Turki, dan Kerajaan Mughal di India.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena para
pendiri dan penguasanya adalah keturunan al Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti
ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn
Abbas.
Pada periode pertama pemerintahan bani Abbas
mencapai masa keemasannya.Secara politis, khalifah betul-betul tokoh yang kuat
dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain,
kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil
menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam
Islam. Namun setelah periode ini berakhir pemerintahan Bani Abbas mulai menurun
dalam bidang politik meskipun filsafat dan ilmu ilmu pengetahuan terus
berkembang.
Pada mulanya ibu kota negera adalah
al-Hasyimiyah dekat kufah. Namun untuk lebih memantapkan dan menjaga
setabilitas Negara al-Mansur memindahkan ibu kota Negara ke Bagdad.
Dengan demikian pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah
berada di tengah-tengah bangsa Persia. Al-Mansur melakukan konsolidasi dan
penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki
jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif. Dia menciptakan tradisi baru dengan
mengangkat Wazir sebagai koordinator departemen, dia juga menbentuk protokol
Negara, sekertaris, dan kepolisian Negara disamping membenahi angkatan
bersenjata. Jawatan pos yang sudah ada ditingkatkan peranannya dari mengatar
surat sampai menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga
administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar.
Puncak perkembangan Dinasti Abbasiyah tidak
seluruhnya berawal dari kreatifitas penguasa Bani Abbasiyah sendiri. Sebagian
diantaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan
misalnya di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Namun
lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas
dengan berdirinya perpustakaan dan akademi.
Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat
antara lain al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Al-Farabi menulis buku
tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika, dan interpretasi terhadap
filsafat Aristoteles. Ibnu Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat dan kedokteran.
B. Saran
Dari penjelasan di atas kita sebagai umat Islam
dapat mengambil pelajaran. Sebuah sistem yang teratur akan menghasilkan
pencapaian tujuan yang maksimal, seperti kisah pendirian Dinasti Abbasiyah.
Mereka bisa mendirikan Dinasti di dalam sebuah negara yang dikuasai suatu Dinasti
yang menomorduakan mereka. Selain itu dari sejarah kekuasaan Dinasti Abbasiyah
ini kita juga bisa mengambil manfaat yang bisa kita rasakan sampai saat ini,
yaitu perkembangan ilmu pengetahuan. Seharusnya kita yang hidup pada zaman
modern bisa meneruskan perjuangan para ilmuwan zaman Dinasti Abbasiyah dahulu.
Sebaliknya, kita juga dapat belajar dari
kekurangan-kekurangan yang ada pada Dinasti besar ini agar tidak sampai terjadi
pada diri kita dan anak cucu kita. Mereka telah dibutakan oleh kekuasaan,
sehingga mereka tega membantai hampir seluruh keluarga Dinasti Dinasti umayyah
yang notabene adalah sesama umat Islam. Selain itu kecerobohan yang terjadi
pada masa Dinasti Dinasti umayyah terulang lagi pada masa Dinasti Abbasiyah
yang menyebabkan runtuhnya kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Kebiasaan penguasa
berfoya-foya menyebabkan runtuhnya kekuasaan yang telah susah payah mereka
dirikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M.Yatimin.2006.Studi
islam kontemporer.Jakarta: AMZAH
Hassan, Hassan
Ibrahim.1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta.
Syalabi, A. 2008. Sejarah
dan Kebudayaan Islam Jilid 3. Jakarta: Pustaka Al Husna Baru.
0 comments:
Post a Comment